Background Information
Dec 28, 2013 17:40:33 GMT 7
Post by Norowas on Dec 28, 2013 17:40:33 GMT 7
Seorang gadis berambut hitam dengan panjang sebahu dan mengenakan baju berwarna merah, berjalan menuju ke salah satu pintu yang tertutup di sebuah gedung yang terletak di Helionster, Ibu Kota Kerajaan Silvarion. Gadis itu mengetuk pintu tersebut beberapa kali. Tanpa menunggu jawaban dari dalam, dia langsung membuka pintu tersebut...
"Permisi~"
Matanya yang berwarna hijau terang, yang cukup kontras dengan rambutnya, melihat ke arah ruangan yang berada di balik pintu tersebut. Ketika dia melihat ada seseorang yang duduk di balik sebuah meja di dalam ruangan itu, tanpa menunggu lama, dia pun langsung menyapa orang tersebut...
"Halo! Namaku Elwen Pilindiel, calon anggota baru Golden Wing! Salam kenal!"
- 'Oh, saya sudah tahu namamu kok. Silakan duduk'
"Eh, udah tahu?"
Elwen pun duduk di kursi yang ada di depan orang tersebut
"Ah! Itu kertas yang aku disuruh ngisi tadi!"
"Heum, oke. Jadi...sekarang aku ngapain?"
- 'Bagaimana kalau kamu ceritakan soal dirimu dulu?'
"Oh? Oke!"
*ehem*
"Jadi, sebelumnya aku tinggal dan besar di panti asuhan di desa kecil yang jauuuuuuh dari Helionster! Daerah tempat tinggalku itu tempatnya kering dan panas! Terus, aku dikasih tahunya sih kalau ada satu kota besar yang paling dekat sama desaku! Nama kotanya itu...er...duh, apa sih namanya? Depannya dari 'R' pokoknya!"
- '...Robusta?'
"Ah! Mungkin itu! Aku juga ga pernah ke situ sih. Soalnya, aku dikasih tahunya, walaupun dibilang kota besar paling deket, ujung-ujungnya sih tetep jauh" *tehe*
"Ah ya. Aku lanjutin ya?"
"Jadi, aku nggak tahu siapa ayah dan ibuku, tapi itu bukan masalah! Soalnya, anak-anak yang ada di panti asuhan dan Papa sudah seperti keluargaku sendiri"
-'Papa'?
"Oh, bisa dibilang Papa itu adalah...satu-satunya orang yang mengurus panti asuhan itu. Papa itu orangnya sabar dan baik. Walaupun beliau kelihatan agak beda dari anak-anak, tapi Papa sangat sayang sama kami, dan kami juga..."
- 'Oh? Memangnya apanya yang berbeda dari beliau dan anak-anak panti asuhan?'
"Huh? Bedanya?"
"Hmm, bisa dibilang kalau Papa itu rasanya lebih tinggi dari orang-orang desa yang lainnya. Terus...oh! Kupingnya juga beda! Nih, mirip seperti kupingku, tapi lebih panjang dan lebih lancip!"
- 'Hoo...'
"...euh, yah, aku bisa dibilang agak beda juga sih sama anak-anak lainnya..."
"...tapi kalau dipikir-pikir lagi...sebenernya semua anak-anak di panti itu...kayanya banyak yang beda-beda gitu deh..."
"Oh ya! Salah satunya itu ada anak yang pendeeeeeeeek banget! Pokoknya lebih pendek dari anak-anak lain deh! Karena dia seperti itu, aku manggil dia 'si Cebol'. Tapi, dia itu paling jago main petak umpet loh! Dia selalu..."
- 'Euh...sepertinya yang bagian itu tidak perlu diceritakan deh...'
"Hohe? Yaaah, kok gitu? Ga seru ah. Terus aku cerita apalagi dong sekarang?"
- 'Jadi...dari yang kamu bilang, sepertinya desa tempat tinggalmu itu sangat jauh dari Helionster. Lalu kenapa kamu memutuskan untuk ke sini? Dan darimana kamu tahu soal Golden Wing?'
"Oh, jadi gini. Kan aku udah bilang kalau Papa itu satu-satunya orang yang mengurus panti asuhan. Karena makin lama Papa kelihatan sangat capek bekerja sendiri, terutama buat mencari uang untuk keperluan panti asuhan. Jadi, aku sama beberapa anak-anak panti asuhan memutuskan buat mencari pekerjaan di kota kecil yang nggak jauh dari desa kami..."
- 'Oh, baiklah. Nampaknya saya tahu apa yang kira-kira terjadi saat itu, jadi mungkin sekian dulu untuk kali ini...'
"Eeeh, bentar dulu! Belum selesai ini ceritanya!"
"Tadi sampai mana ya? Oh ya, jadi kami pergi ke kota itu. Tapi...ternyata mencari pekerjaan itu...sulit. Setelah beberapa hari berkeliling di kota tanpa hasil, kami udah hampir menyerah. Yah, mau gimana lagi? Jangankan pekerjaan, kami malah udah tidak punya uang lagi untuk beli makanan. Tapi, tiba-tiba si Cebol muncul sambil membawa kantung penuh sama koin-koin emas! Dia bilang kalau dia mengambil kantong itu dari orang nyebelin yang dia temui pas lagi jalan-jalan keliling pasar"
"Saat melihat itu, kami mendapat ide untuk mencopet saja karena sepertinya kita nggak akan pernah bisa dapat pekerjaan. Yah, waktu itu kami setuju kalau yang akan kami copet itu cuma orang-orang yang kelihatannya pelit dan nyebelin..."
"Karena waktu itu si Cebol bisa dapat uang sebanyak itu, kami sempat mikir kalau nyopet itu sepertinya nggak susah. Tapi...ternyata nggak gitu juga. Setelah berkali-kali gagal, dan sesekali berhasil, akhirnya kami menemukan cara yang paling oke buat nyopet! Eh? Kenapa? Kok ngeliatinnya kaya gitu banget?"
- '...'
"Yah, jadi, yang paling sering kami lakukan itu mengalihkan perhatian orang yang mau kami copet, terus ada yang ngambil uang orang itu dan langsung kabur! Biasanya sih, semua selain si Cebol, ganti-gantian jadi yang bagian pertama. Dan cara seperti itu ternyata sangat ampuh! Kami jadi bisa lebih sering pulang ke panti asuhan karena kita lebih cepat dapat uangnya! Yah, tapi kami memang akhirnya bohong sih kalau ditanya itu uangnya dapat dari mana" *tehe*
- 'Hum, kamu tadi baru saja menjelaskan modus operandi kelompok...er...copetmu yang dulu. Memangnya tidak apa-apa?"
"Hmm? Ah, nggak apa-apa kok, toh seharusnya kami udah nggak ada yang nyopet ini"
- 'Ho? Begitu ya? Kenapa memangnya?'
"Yah, ini baru mau masuk ke situ ceritanya. Sabar dong"
"Nah, waktu itu, kami sempat nggak ada sasaran, nggak tau kenapa. Pas lagi kaya gitu, si Cebol sering keluyuran sendiri di kota. Pas kembali, dia biasanya bawa sedikit uang. nggak terlalu banyak sih, tapi lumayanlah untuk beli makanan buat kami sendiri waktu itu. Karena dia seperti yang udah susah payah buat dapetin uang itu, aku pun nggak banyak nanya soal itu"
"Suatu hari, saat kami masih nggak ada target, aku lagi jalan-jalan keliling pasar. Terus...yah, aku lagi agak melamun juga, tiba-tiba aku nabrak sesuatu dan jatuh. Belum sempat aku melihat apa yang aku tabrak, tiba-tiba mendengar suara yang...lembuuut banget. Suara itu nanya apa aku kenapa-kenapa apa nggak. Pas aku nengok ke arah suara itu, aku melihat ada mbak-mbak yang...wah, pokoknya cantiiiiiik banget. Yang paling aku ingat dari si mbak itu...rambutnya berwarna biru dan panjangnya sampai sepinggang! Aku sempat terdiam agak lama ngeliatin si mbak itu"
"Terus, aku ingat waktu itu ada dua orang lagi selain mbak rambut biru itu. Yang satu itu mirip Papa, tapi dia kelihatan lebih muda dan...matanya kaya ngeliatin aku dengan tajam gitu. Yang satu lagi orangnya gwedeeeee! Dan dia bawa kapak gede di punggungnya! Terus, orang itu senang banget ketawa! Dia juga sering banget nepuk-nepuk kepalaku waktu itu"
"Habis itu, mereka pun pergi setelah mastiin kalau aku nggak kenapa-kenapa. Terus, nggak lama, salah satu anak panti yang lain muncul dan dia bilang kalau bentar lagi kami akan kembali ke panti asuhan karena akhirnya kami akhirnya mendapat hasil yang besar. Yah, waktu itu itu aku nggak terlalu mikirin kapan dan gimana mereka bisa dapatnya, karena aku masih terbayang-bayang soal tiga orang itu..."
"Saat di jalan kembali ke desa kami, tiba-tiba si Cebol mendekat dan bilang kalau...hari ini aku ngambil target yang sangat oke. Awalnya aku nggak ngerti maksudnya apa, terus si Cebol pun bilang maksudnya itu adalah tiga orang yang baru aku temui waktu itu di pasar. Habis dengar itu, aku refleks nyundul si Cebol dan kami pun bertengkar"
"Habis itu, aku nggak terlalu ingat sih, tapi satu-dua orang anak panti yang sempat mencoba ngelerai aku dan si Cebol, tiba-tiba kelihatan seperti yang ketakutan dan pelan-pelan menjauh. Wajah si Cebol juga sempat kelihatan seperti orang panik. Belum sempat aku menengok, tiba-tiba ada dua orang dewasa yang menarik dan memukuli si Cebol! Waktu itu aku langsung mencoba untuk nolong si Cebol, tapi ya...aku nggak sempat ngapa-ngapain, karena aku kena pukul sekali...dan langsung pingsan! Yah, namanya juga masih bocah" *tehe*
"Bangun-bangun, aku melihat ada si mbak rambut biru yang duduk di sampingku. Selain dia, aku juga melihat si yang mirip Papa dan si kapak gede. Terus, aku juga melihat si Cebol dengan perban di badannya terbaring di sampingku. Ada juga beberapa orang lain yang diikat, nggak jauh dari kami. Setelah aku sepenuhnya sadar, aku langsung mencari-cari kantung uang yang diambil oleh si Cebol dari mereka. Kantung itu tergeletak di atas tanah, dan langsung aku kasih ke si mbak rambut biru sambil minta maaf"
"Dan...saat aku mengira bakal diceramahi, si mbak malah bilang terima kasih karena sudah mengambilkan kantung uangnya yang terjatuh. Yah, aku kaget lah. Dan habis itu, dia nanya apa aku berasal dari desa...yang ternyata merupakan tempat tinggalku! Saat aku bilang iya, perempuan itu memintaku untuk mengantar mereka bertiga ke desa itu sambil memberikan kantung uangnya kepadaku. Yah, aku tambah bingung. Pas aku tanya soal kantung uangnya, dia bilang itu bayaran untuk mengantar mereka ke sana. Belum sempat aku ngomong apa-apa lagi, si kapak gede bilang diterima saja uangnya, dan dia bilang kaya gitu sambil menggendong si Cebol dengan sebelah tangan. Yah, karena bingung harus ngapain lagi, jadinya aku antar saja mereka ke desa"
"Setelah sampai di desa, aku sempat nanya mereka mau ngapain ke desa terpencil kaya gitu. Mereka bilang sih mau mengunjungi teman lama, walaupun mereka nggak bilang siapa orangnya. Begitu sampai, kami langsung ke panti asuhan dulu, karena si Cebol juga harus segera diantar pulang dulu. Saat kami sampai di panti asuhan, Papa terlihat bersiap-siap untuk pergi. Waktu Papa sadar kalau aku sudah pulang, muka beliau tiba-tiba terlihat...seram. Tapi, nggak lama kemudian, muka Papa seperti yang kaget saat melihat tiga orang itu. Terus, beliau dan tiga orang itu pun mengobrol bentar. Aku waktu itu nggak ngerti obrolannya apa. Yang pasti sih, ujung-ujungnya aku dan yang lain tetap dimarahi habis-habisan oleh Papa"
- 'Ceritanya...panjang juga. Tapi kok seperti tidak ada hubungannya dengan Golden Wing ya?'
"Eh, jadi gini. Papa itu ternyata orang yang dicari sama tiga orang itu. Terus, tiga orang itu juga sempat tinggal sebentar di desa kami. Dan selama itu, si orang yang mirip Papa itu ngajarin macem-macem hal! Misalnya seperti..."
- 'Oh, baiklah. Sepertinya bisa saya simpulkan kalau antara 'Papa' atau tiga orang tersebut adalah anggota Golden Wing, bukan begitu?'
"Eh? Yang kedua bener sih. Jadi gini cerita-"
- 'Yak, baiklah. Sepertinya kita sudahi dulu untuk kali ini. Sebaiknya kamu segera beristirahat karena malam sudah semakin larut'
"Heee?? Kenapa? Malam kan masih panjang! Nah, jadi ceritanya itu..."
- 'Maaf, besok saya ada...pekerjaan lain yang harus saya mulai dari pagi. Jadi, saya tidak bisa menemanimu lebih lama lagi'
"Buuuuuuu, ga seru ah. Ya udah deh, kalau gitu aku mau cari tempat buat istirahat dulu malam ini"
- 'Baiklah. Selamat malam dan selamat beristirahat'
Elwen pun berdiri dan berjalan menuju ke arah pintu. Tapi, baru beberapa langkah, dia berhenti dan kembali menengok ke arah orang tersebut...
"Eh iya. Omong-omong, ketiga orang yang aku ceritain itu sering muncul di sini nggak?"
- 'Ah, maaf. Saya kurang tahu untuk hal seperti itu. Setiap hari, tempat ini selalu ramai. Banyak orang-orang, terutama anggota-anggota guild, yang keluar masuk tempat ini'
"Hee, begitu ya..."
- 'Hmm, jadi apakah salah satu motivasi kamu untuk masuk ke Golden Wing itu adalah untuk bertemu dengan mereka?'
"Hoe? Nggak juga kok. Aku cuma mau nyapa saja kalau misalnya ketemu. Yah, udah lewat beberapa tahun juga sih... Mungkin aja mereka udah lupa soal kami. Hehehe"
"Ya udah kalau begitu, aku pergi dulu! Sukses untuk kerjaannya besok ya!"
Dan Elwen langsung meninggalkan ruangan tersebut dengan cepat...
- 'Jangan lupa ditutup lagi...oh, dia sudah pergi'
Orang itu pun berdiri dari kursinya, dan berjalan ke arah pintu. Kemudian, pintu ruangan tersebut pun ditutup kembali...
"Permisi~"
Matanya yang berwarna hijau terang, yang cukup kontras dengan rambutnya, melihat ke arah ruangan yang berada di balik pintu tersebut. Ketika dia melihat ada seseorang yang duduk di balik sebuah meja di dalam ruangan itu, tanpa menunggu lama, dia pun langsung menyapa orang tersebut...
"Halo! Namaku Elwen Pilindiel, calon anggota baru Golden Wing! Salam kenal!"
- 'Oh, saya sudah tahu namamu kok. Silakan duduk'
"Eh, udah tahu?"
Elwen pun duduk di kursi yang ada di depan orang tersebut
"Ah! Itu kertas yang aku disuruh ngisi tadi!"
"Heum, oke. Jadi...sekarang aku ngapain?"
- 'Bagaimana kalau kamu ceritakan soal dirimu dulu?'
"Oh? Oke!"
*ehem*
"Jadi, sebelumnya aku tinggal dan besar di panti asuhan di desa kecil yang jauuuuuuh dari Helionster! Daerah tempat tinggalku itu tempatnya kering dan panas! Terus, aku dikasih tahunya sih kalau ada satu kota besar yang paling dekat sama desaku! Nama kotanya itu...er...duh, apa sih namanya? Depannya dari 'R' pokoknya!"
- '...Robusta?'
"Ah! Mungkin itu! Aku juga ga pernah ke situ sih. Soalnya, aku dikasih tahunya, walaupun dibilang kota besar paling deket, ujung-ujungnya sih tetep jauh" *tehe*
"Ah ya. Aku lanjutin ya?"
"Jadi, aku nggak tahu siapa ayah dan ibuku, tapi itu bukan masalah! Soalnya, anak-anak yang ada di panti asuhan dan Papa sudah seperti keluargaku sendiri"
-'Papa'?
"Oh, bisa dibilang Papa itu adalah...satu-satunya orang yang mengurus panti asuhan itu. Papa itu orangnya sabar dan baik. Walaupun beliau kelihatan agak beda dari anak-anak, tapi Papa sangat sayang sama kami, dan kami juga..."
- 'Oh? Memangnya apanya yang berbeda dari beliau dan anak-anak panti asuhan?'
"Huh? Bedanya?"
"Hmm, bisa dibilang kalau Papa itu rasanya lebih tinggi dari orang-orang desa yang lainnya. Terus...oh! Kupingnya juga beda! Nih, mirip seperti kupingku, tapi lebih panjang dan lebih lancip!"
- 'Hoo...'
"...euh, yah, aku bisa dibilang agak beda juga sih sama anak-anak lainnya..."
"...tapi kalau dipikir-pikir lagi...sebenernya semua anak-anak di panti itu...kayanya banyak yang beda-beda gitu deh..."
"Oh ya! Salah satunya itu ada anak yang pendeeeeeeeek banget! Pokoknya lebih pendek dari anak-anak lain deh! Karena dia seperti itu, aku manggil dia 'si Cebol'. Tapi, dia itu paling jago main petak umpet loh! Dia selalu..."
- 'Euh...sepertinya yang bagian itu tidak perlu diceritakan deh...'
"Hohe? Yaaah, kok gitu? Ga seru ah. Terus aku cerita apalagi dong sekarang?"
- 'Jadi...dari yang kamu bilang, sepertinya desa tempat tinggalmu itu sangat jauh dari Helionster. Lalu kenapa kamu memutuskan untuk ke sini? Dan darimana kamu tahu soal Golden Wing?'
"Oh, jadi gini. Kan aku udah bilang kalau Papa itu satu-satunya orang yang mengurus panti asuhan. Karena makin lama Papa kelihatan sangat capek bekerja sendiri, terutama buat mencari uang untuk keperluan panti asuhan. Jadi, aku sama beberapa anak-anak panti asuhan memutuskan buat mencari pekerjaan di kota kecil yang nggak jauh dari desa kami..."
- 'Oh, baiklah. Nampaknya saya tahu apa yang kira-kira terjadi saat itu, jadi mungkin sekian dulu untuk kali ini...'
"Eeeh, bentar dulu! Belum selesai ini ceritanya!"
"Tadi sampai mana ya? Oh ya, jadi kami pergi ke kota itu. Tapi...ternyata mencari pekerjaan itu...sulit. Setelah beberapa hari berkeliling di kota tanpa hasil, kami udah hampir menyerah. Yah, mau gimana lagi? Jangankan pekerjaan, kami malah udah tidak punya uang lagi untuk beli makanan. Tapi, tiba-tiba si Cebol muncul sambil membawa kantung penuh sama koin-koin emas! Dia bilang kalau dia mengambil kantong itu dari orang nyebelin yang dia temui pas lagi jalan-jalan keliling pasar"
"Saat melihat itu, kami mendapat ide untuk mencopet saja karena sepertinya kita nggak akan pernah bisa dapat pekerjaan. Yah, waktu itu kami setuju kalau yang akan kami copet itu cuma orang-orang yang kelihatannya pelit dan nyebelin..."
"Karena waktu itu si Cebol bisa dapat uang sebanyak itu, kami sempat mikir kalau nyopet itu sepertinya nggak susah. Tapi...ternyata nggak gitu juga. Setelah berkali-kali gagal, dan sesekali berhasil, akhirnya kami menemukan cara yang paling oke buat nyopet! Eh? Kenapa? Kok ngeliatinnya kaya gitu banget?"
- '...'
"Yah, jadi, yang paling sering kami lakukan itu mengalihkan perhatian orang yang mau kami copet, terus ada yang ngambil uang orang itu dan langsung kabur! Biasanya sih, semua selain si Cebol, ganti-gantian jadi yang bagian pertama. Dan cara seperti itu ternyata sangat ampuh! Kami jadi bisa lebih sering pulang ke panti asuhan karena kita lebih cepat dapat uangnya! Yah, tapi kami memang akhirnya bohong sih kalau ditanya itu uangnya dapat dari mana" *tehe*
- 'Hum, kamu tadi baru saja menjelaskan modus operandi kelompok...er...copetmu yang dulu. Memangnya tidak apa-apa?"
"Hmm? Ah, nggak apa-apa kok, toh seharusnya kami udah nggak ada yang nyopet ini"
- 'Ho? Begitu ya? Kenapa memangnya?'
"Yah, ini baru mau masuk ke situ ceritanya. Sabar dong"
"Nah, waktu itu, kami sempat nggak ada sasaran, nggak tau kenapa. Pas lagi kaya gitu, si Cebol sering keluyuran sendiri di kota. Pas kembali, dia biasanya bawa sedikit uang. nggak terlalu banyak sih, tapi lumayanlah untuk beli makanan buat kami sendiri waktu itu. Karena dia seperti yang udah susah payah buat dapetin uang itu, aku pun nggak banyak nanya soal itu"
"Suatu hari, saat kami masih nggak ada target, aku lagi jalan-jalan keliling pasar. Terus...yah, aku lagi agak melamun juga, tiba-tiba aku nabrak sesuatu dan jatuh. Belum sempat aku melihat apa yang aku tabrak, tiba-tiba mendengar suara yang...lembuuut banget. Suara itu nanya apa aku kenapa-kenapa apa nggak. Pas aku nengok ke arah suara itu, aku melihat ada mbak-mbak yang...wah, pokoknya cantiiiiiik banget. Yang paling aku ingat dari si mbak itu...rambutnya berwarna biru dan panjangnya sampai sepinggang! Aku sempat terdiam agak lama ngeliatin si mbak itu"
"Terus, aku ingat waktu itu ada dua orang lagi selain mbak rambut biru itu. Yang satu itu mirip Papa, tapi dia kelihatan lebih muda dan...matanya kaya ngeliatin aku dengan tajam gitu. Yang satu lagi orangnya gwedeeeee! Dan dia bawa kapak gede di punggungnya! Terus, orang itu senang banget ketawa! Dia juga sering banget nepuk-nepuk kepalaku waktu itu"
"Habis itu, mereka pun pergi setelah mastiin kalau aku nggak kenapa-kenapa. Terus, nggak lama, salah satu anak panti yang lain muncul dan dia bilang kalau bentar lagi kami akan kembali ke panti asuhan karena akhirnya kami akhirnya mendapat hasil yang besar. Yah, waktu itu itu aku nggak terlalu mikirin kapan dan gimana mereka bisa dapatnya, karena aku masih terbayang-bayang soal tiga orang itu..."
"Saat di jalan kembali ke desa kami, tiba-tiba si Cebol mendekat dan bilang kalau...hari ini aku ngambil target yang sangat oke. Awalnya aku nggak ngerti maksudnya apa, terus si Cebol pun bilang maksudnya itu adalah tiga orang yang baru aku temui waktu itu di pasar. Habis dengar itu, aku refleks nyundul si Cebol dan kami pun bertengkar"
"Habis itu, aku nggak terlalu ingat sih, tapi satu-dua orang anak panti yang sempat mencoba ngelerai aku dan si Cebol, tiba-tiba kelihatan seperti yang ketakutan dan pelan-pelan menjauh. Wajah si Cebol juga sempat kelihatan seperti orang panik. Belum sempat aku menengok, tiba-tiba ada dua orang dewasa yang menarik dan memukuli si Cebol! Waktu itu aku langsung mencoba untuk nolong si Cebol, tapi ya...aku nggak sempat ngapa-ngapain, karena aku kena pukul sekali...dan langsung pingsan! Yah, namanya juga masih bocah" *tehe*
"Bangun-bangun, aku melihat ada si mbak rambut biru yang duduk di sampingku. Selain dia, aku juga melihat si yang mirip Papa dan si kapak gede. Terus, aku juga melihat si Cebol dengan perban di badannya terbaring di sampingku. Ada juga beberapa orang lain yang diikat, nggak jauh dari kami. Setelah aku sepenuhnya sadar, aku langsung mencari-cari kantung uang yang diambil oleh si Cebol dari mereka. Kantung itu tergeletak di atas tanah, dan langsung aku kasih ke si mbak rambut biru sambil minta maaf"
"Dan...saat aku mengira bakal diceramahi, si mbak malah bilang terima kasih karena sudah mengambilkan kantung uangnya yang terjatuh. Yah, aku kaget lah. Dan habis itu, dia nanya apa aku berasal dari desa...yang ternyata merupakan tempat tinggalku! Saat aku bilang iya, perempuan itu memintaku untuk mengantar mereka bertiga ke desa itu sambil memberikan kantung uangnya kepadaku. Yah, aku tambah bingung. Pas aku tanya soal kantung uangnya, dia bilang itu bayaran untuk mengantar mereka ke sana. Belum sempat aku ngomong apa-apa lagi, si kapak gede bilang diterima saja uangnya, dan dia bilang kaya gitu sambil menggendong si Cebol dengan sebelah tangan. Yah, karena bingung harus ngapain lagi, jadinya aku antar saja mereka ke desa"
"Setelah sampai di desa, aku sempat nanya mereka mau ngapain ke desa terpencil kaya gitu. Mereka bilang sih mau mengunjungi teman lama, walaupun mereka nggak bilang siapa orangnya. Begitu sampai, kami langsung ke panti asuhan dulu, karena si Cebol juga harus segera diantar pulang dulu. Saat kami sampai di panti asuhan, Papa terlihat bersiap-siap untuk pergi. Waktu Papa sadar kalau aku sudah pulang, muka beliau tiba-tiba terlihat...seram. Tapi, nggak lama kemudian, muka Papa seperti yang kaget saat melihat tiga orang itu. Terus, beliau dan tiga orang itu pun mengobrol bentar. Aku waktu itu nggak ngerti obrolannya apa. Yang pasti sih, ujung-ujungnya aku dan yang lain tetap dimarahi habis-habisan oleh Papa"
- 'Ceritanya...panjang juga. Tapi kok seperti tidak ada hubungannya dengan Golden Wing ya?'
"Eh, jadi gini. Papa itu ternyata orang yang dicari sama tiga orang itu. Terus, tiga orang itu juga sempat tinggal sebentar di desa kami. Dan selama itu, si orang yang mirip Papa itu ngajarin macem-macem hal! Misalnya seperti..."
- 'Oh, baiklah. Sepertinya bisa saya simpulkan kalau antara 'Papa' atau tiga orang tersebut adalah anggota Golden Wing, bukan begitu?'
"Eh? Yang kedua bener sih. Jadi gini cerita-"
- 'Yak, baiklah. Sepertinya kita sudahi dulu untuk kali ini. Sebaiknya kamu segera beristirahat karena malam sudah semakin larut'
"Heee?? Kenapa? Malam kan masih panjang! Nah, jadi ceritanya itu..."
- 'Maaf, besok saya ada...pekerjaan lain yang harus saya mulai dari pagi. Jadi, saya tidak bisa menemanimu lebih lama lagi'
"Buuuuuuu, ga seru ah. Ya udah deh, kalau gitu aku mau cari tempat buat istirahat dulu malam ini"
- 'Baiklah. Selamat malam dan selamat beristirahat'
Elwen pun berdiri dan berjalan menuju ke arah pintu. Tapi, baru beberapa langkah, dia berhenti dan kembali menengok ke arah orang tersebut...
"Eh iya. Omong-omong, ketiga orang yang aku ceritain itu sering muncul di sini nggak?"
- 'Ah, maaf. Saya kurang tahu untuk hal seperti itu. Setiap hari, tempat ini selalu ramai. Banyak orang-orang, terutama anggota-anggota guild, yang keluar masuk tempat ini'
"Hee, begitu ya..."
- 'Hmm, jadi apakah salah satu motivasi kamu untuk masuk ke Golden Wing itu adalah untuk bertemu dengan mereka?'
"Hoe? Nggak juga kok. Aku cuma mau nyapa saja kalau misalnya ketemu. Yah, udah lewat beberapa tahun juga sih... Mungkin aja mereka udah lupa soal kami. Hehehe"
"Ya udah kalau begitu, aku pergi dulu! Sukses untuk kerjaannya besok ya!"
Dan Elwen langsung meninggalkan ruangan tersebut dengan cepat...
- 'Jangan lupa ditutup lagi...oh, dia sudah pergi'
Orang itu pun berdiri dari kursinya, dan berjalan ke arah pintu. Kemudian, pintu ruangan tersebut pun ditutup kembali...